ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KASUS CVA
(CEREBRO VASKULER ACCIDENT )
Di
susun oleh
1. Ryan
Kendi Okta (J210090094)
2. Ryan
avri ari (J210090098)
3. Ira
Ratnawati (J210090100)
4. Susilowati (J210090101)
5. Wiskha
Dhani Firawan (J210090110)
6. Dwi
Sri Wahyuningsih (J210090117)
7. Agus
Nurrochmad (J210090128)
KEPERAWATAN SI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH
SURAKARTA
2012
CEREBRO VASKULER ACCIDENT (STROKE)
A. DEFINISI
Stroke dapat didefinisikan sebagai deficit
neurology yang mempunyai awitan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagi akibat
dari cerebrovaskuler disease. Secara umum gangguan pembuluh darah otak atau
stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral. Merupakan suatu gangguan
neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologis pada
pembuluh darah serebral, misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding pembuluh
atau penyakit vascular dasar, misalnya aterosklerosis, arteritis, trauma,
aneurisme dan kelainan perkembangan.
(Smeltzer
C. Suzanne, 2002, hal 2131)
Stroke dapat juga
diartikan sebagai gangguan fungsional otak yang bersifat:
- fokal dan atau global
- akut
- berlangsung antara 24 jam atau lebih
- disebabkan gangguan
aliran darah otak
- tidak disebabkan karena
tumor/infeksi
Stroke dapat digolongkan
sesuai dengan etiologi atau dasar perjalanan penyakit. Sesuai dengan perjalanan
penyakit ,stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1.
Serangan iskemik sepintas (TIA) : merupakan
gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa
menit sampai beberapa jam.
2. Progresif/inevolution
(stroke yang sedang berkembang) : perjalanan stroke berlangsung perlahan
meskipun akut. Stoke
dimana deficit neurologisnya terus bertambah berat.
3.
Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis
maksimal sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana deficit
neurologisnya pada saat onset lebih berat, bias kemudian membaik/menetap.
Klasifikasi berdasarkan patologi:
1.
Stroke hemoragi: stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak
pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi
antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa,
2. stroke non hemoragi: stroke yang disebabkan
embolus dan thrombus.
B. ETIOLOGI
Penyebab utama dari
stroke diurutkan dari yang paling penting adalah aterosklerosis (trombosis),
embolisme, hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur
aneurisme sakular. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain
seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes
mellitus atau penyakit vascular perifer.
C.
TANDA DAN GEJALA
Stoke menyebabkan defisit neurologik,
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
yang perfusinya tidak adequate dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan
gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
(hemiparese atau hemiplegia)
2.
Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus
Hemianopsia”
6.
Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam
membentuk kata; afhasia atau disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara)
7. Gangguan persepsi
8. Gangguan status mental
D.
FAKTOR RESIKO
ü
Yang tidak dapat
dikendalikan: Umur, factor familial dan ras
ü Yang dapat dikendalikan: hipertensi, penyakit kardiovaskuler (penyakit arteri koronaria,
gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, fibrilasi atrium, penyakit
jantung kongestif), kolesterol tinggi, obesitas, kadar hematokrit tinggi,
diabetes, kontrasepsi oral, merokok, penyalahgunaan obat, konsumsi alcohol.
E.
PATOFISIOLOGI
1. Trombosis
(penyakit trombo - oklusif) merupakan penyebab stroke yang paling sering.
Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis
serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa
pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan
umum lainnya. Secara umum trombosis selebral tidak terjadi secara tiba-tiba,
dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh
dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
Trombosis terjadi
biasanya ada kaitannya dengan kerusakan local dinding pembuluh darah akibat
aterosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada
lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan
berserabut , sedangkan sel – sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna
robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi
sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat –
tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat – tempat khusus
tersebut. Pembuluh – pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang
makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis
bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat
terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan
dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim,
adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit
dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan
akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
2. Embolisme : embolisme sereberi termasuk
urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke. Penderita embolisme biasanya
lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan emboli sereberi
berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi
sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Meskipun lebih jarang terjadi, embolus juga
mungkin berasal dari plak ateromatosa sinus karotikus atau arteria karotis
interna. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya
embolus akan menyumbat bagian – bagian yang sempit.. tempat yang paling sering
terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas.
3. Perdarahan serebri : perdarahan serebri
termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh
Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini.
Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga
jaringan yang terletakdi dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat
mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di
sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan
sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya
akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang terletak di sekitar
tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis. Karena kerja enzim –
enzim akan terjadi proses pencairan, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah
beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan terganti oleh astrosit dan kapiler
– kapiler baru sehingga terbentuk jalinan di sekitar rongga tadi. Akhirnya
rongga terisi oleh serabut – serabut astroglia yang mengalami proliferasi.
Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya suatu aneurisme.
Kebanyakan aneurisme mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan
perdarahan mempermudah kemungkinan ruptur. Sering terdapat lebih dari satu
aneurisme.
F. DIAGNOSIS
Pada diagnosis penyakit
serebrovaskular, maka tindakan arteriografi adalah esensial untuk
memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. CT Scan dan MRI merupakan sarana diagnostik yang berharga
untuk menunjukan adanya hematoma, infark atau perdarahan. EEG dapat membantu dalam menentukan lokasi.
H. PENATALAKSANAAN
Secepatnya pada terapeutik window (waktu dari serangan hingga mendapatkan
pengobatan maksimal)
Therapeutik window ini ada 3 konsensus:
1. Konsensus amerika : 6 jam
2. Konsensus eropa: 1,5 jam
3. Konsensus asia: 12 jam
Prinsip
pengobatan pada therapeutic window:
1.
Jaringan penubra ada aliran lagi sehingga
jaringan penubra tidak menjadi iskhemik.
2.
Meminimalisir jaringan iskhemik yang terjadi.
Terapi umum
Untuk merawat keadaan
akut perlu diperhatikan faktor – faktor kritis sebagai berikut :
1. Menstabilkan tanda – tanda vital
a.
memepertahankan saluran nafas (sering melakukan
penghisapan yang dalam , O2, trakeotomi, pasang alat bantu
pernafasan bila batang otak terkena)
b.
kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan
masing – masing individu ; termasuk usaha untuk memperbaiki hipotensi maupun
hipertensi.
2. Deteksi dan memperbaiki aritmia jantung
3.
Merawat kandung kemih. Sedapat mungkin jangan
memasang kateter tinggal; cara ini telah diganti dengan kateterisasi “keluar –
masuk” setiap 4 sampai 6 jam.
4.
Menempatkan posisi penderita dengan baik secepat
mungkin :
a.
penderita harus dibalik setiap jam dan
latihangerakan pasif setiap 2 jam
b.
dalam beberapa hari dianjurkan untuk dilakukan
gerakan pasif penuh sebanyak 50 kali per hari; tindakan ini perlu untuk
mencegah tekanan pada daerah tertentu dan untuk mencegah kontraktur (terutama
pada bahu, siku dan mata kaki)
Terapi khusus
Ditujukan
untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti agregasi dan
neuroprotektan. Obat anti agregasi: golongan pentoxifilin, tielopidin, low
heparin, tPA.
1. Pentoxifilin
Mempunyai
3 cara kerja:
Sebagai
anti agregasi → menghancurkan thrombus
Meningkatkan
deformalitas eritrosit
Memperbaiki
sirkulasi intraselebral
2. Neuroprotektan
- Piracetam: menstabilkan
membrane sel neuron, ex: neotropil
Cara kerja dengan
menaikkan cAMP ATP dan meningkatkan sintesis glikogen
- Nimodipin: gol. Ca
blocker yang merintangi masuknya Ca2+ ke dalam sel, ex.nimotup
Cara kerja
dengan merintangi masuknya Ca2+ ke dalam sel dan memperbaiki perfusi jaringan
otak
- Citicholin: mencegah kerusakan sel otak, ex.
Nicholin
Cara
kerja dengan menurunkan free faty acid, menurunkan generasi radikal bebas dan
biosintesa lesitin
-
Ekstrax gingkobiloba, ex ginkan
Pengobatan konservatif
Pada percobaan vasodilator mampu
meningkatkan aliran darah otak (ADO), tetapi belum terbukti demikian pada tubuh
manusia. Dilator yang efektif untuk pembuluh di tempat lain ternyata sedikit
sekali efeknya bahkan tidak ada efek sama sekali pada pembuluh darah serebral,
terutama bila diberikan secara oral (asam nikotinat, tolazolin, papaverin dan
sebagainya), berdasarkan uji klinis ternyata pengobatan berikut ini masih
berguna : histamin, aminofilin, asetazolamid, papaverin intraarteri.
Pembedahan
Endarterektomi karotis
dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah otak. Penderita yang menjalani
tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi,
diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan
anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat
dipertahankan.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian:
1.
Perubahan pada tingkat kesadaran atau
responivitas yang dibuktikan dengan gerakan, menolak terhadap perubahan posisi
dan respon terhadap stimulasi, berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
2. Ada atau tidaknya gerakan volunteer atau
involunter ekstremitas, tonus otot, postur tubuh, dan posisi kepala.
3. kekakuan atau flaksiditas leher.
4. Pembukaan mata, ukuran pupil komparatif, dan
reaksi pupil terhadap cahaya dan posisi okular.
5. Warna wajah dan ekstremitas, suhu dan
kelembaban kulit.
6.
Kualitas dan frekuensi nadi, pernapasan, gas
darah arteri sesuai indikasi, suhu tubuh dan tekanan arteri.
7. kemampuan untuk bicara
8. Volume cairan yang diminum dan volume urin
yang dikeluarkan setiap 24 jam.
Diagnosa yang mungkin muncul:
1.
Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan
otot, kontrol
2.
perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan
perdarahan otak. Oedem otak
3.
Kurang perawatan diri b.d kelemahan fisik
4.
Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan otak
5.
Resiko kerusakan integritas kulit b.d faktor
mekanik
6.
Resiko infeksi b.d penurunan pertahanan
primer
DAFTAR
PUSTAKA
Tuti Pahria, dkk. 1993. Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: EGC.
Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan
Departemen Kesehatan. 1996. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Depkes.
Smeltzer C. Suzanne,
Brunner &Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC.
Marilynn
E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi
3. Jakarta: EGC.
Harsono.
1996. Buku Ajar : Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gajah Mada
university press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar